Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Apa
yang membuat mata dan hati kita selama ini tertutup dengan
kehidupan orang-orang yang kurang beruntung dari kita?Jawabannya adalah ‘Kurangnya kepedulian antar sesama’.Kadang seakan kita bungkam, pura-pura tuli, bahkan pura-pura tidak melihat keadaan lingkungan kita kecuali diri kita sendiri??? Dalam jalur kehidupan, kita terbiasa hidup dan nyaman
dengan orang-orang yang sekasta atau sederajat dengan kita. Sangat kurang
sekali perhatian dan kepedulian kita terhadap lingkungan atau kehidupan lain
selain kehidupan yang membuat kita nyaman saja.
Padahal
diluar sana, di dunia sana, yang tak pernah terjamah dan tersentuh dalam
pikiran kita. Sangat banyak sekali orang-orang yang membutuhkan kita untuk sedikit saja peduli dan dapat membantu mereka, meringankan beban mereka.
Bukankah
yang pintar mengajari yang bodoh, yang kuat melindungi yang lemah, yang ceria
menyemangati yang down, yang berlebih berbagi kepada yang kurang, yang bahagia merangkul yang sedang bersedih??
Dengan membayangkannya saja, saling berbagi terasa indah, apalagi jika
diwujudkan bersama-sama.
Apakah
mungkin?? Dengan kondisi yang seperti ini?? Bersama-sama??? Gak ada yang tidak
mungkinkan? Sekedar menumbuhkan kembali harapan dan semangat saja sudah bisa
menjadi modal awal mereka untuk menyambung hidup.
Terkadang,
untuk bekerjasama saja kita masih banyak milih-milih, tolak-menolak, bahkan
menolak kerjaan yang sebenarnya sanggup kita kerjakan. Beberapa waktu lalu, ketika
aku akan berangkat KKN dan akan menetap selama kurang lebih dua bulan bersama teman-teman
yang tidak satupun diantara mereka yang aku kenal, di daerah yang sama sekali belum pernah aku pijak. Papa berpesan, ‘Lakukan apa yang bisa dilakukan, jangan pilih
berat-ringannya suatu pekerjaan. Bagi yang mengerjakan itu adalah tabungan amal bagi
diri kita sendiri’.
Dari
pesan tersebut aku jadi tersadar akan benarnya dan pentingnya pesan Papa ketika
berada di lingkungan yang sedang aku jalani. Memang benar, banyak hal-hal yang
membuat aku geleng-geleng kepala. Jika satu pekerjaan saja yang tidak
dikerjakan dengan alasan,capek lah, malas lah, bukan tugas kami lah....pada
akhirnya sebuah pekerjaan tidak selesai, semua kerjaan jadi terlalaikan dan
terbengkalai. Memang harus ada yang mengerjakannya dan itu adalah kepekaan diri
kita sendiri.
Si
Madan, adalah salah satu bocah yang menginsprirasi terkhususnya bagi diri aku
sendiri selama dua bulan berada di daerahnya. Nama lengkapnya yaitu Ahmad
Ramadhan. Dengan bahasa dan logat melayunya yang kental, bocah itu sering
menyebut dirinya adalah Madan. Aku pun tak ayal sering memanggilnya si Madan .
Pangilan
‘Kakak KKN’ tidak pernah hilang dari ucapannya ketika memanggil kami. Wajahnya
ceria, diumur yang masih bocah adalah khas jika ia adalah anak periang dan suka
bermain. Namun ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran aku ketika kami
belajar bersama. Si Madan berbeda dengan teman-teman seusianya, baik dalam proses ia berpikir maupun berbicara.
Malam
itu, pertama kali ia datang di Posko KKN menemui kami untuk belajar bersama
teman-temannya. Bisa aku ingat dengan jelas raut semangat wajahnya untuk
mengaji dan belajar. Dari sebalik pintu ia mengintip kami dan mengucapkan salam
sambil tersenyum. Kami pun mempersilahkan masuk, baik Madan maupun segerombolan
teman-temannya.
Rame!!!
Jujur
aku kurang suka keramaian yang membuat bising, sedikit ribut dan membuat kepala aku pusing.
Sedangkan suara bising adik-adikku dirumah saja kadang membuat aku terganggu
apa lagi dengan kondisi seperti itu. Disini agaknya salah satu kesabaran aku di uji kali ya :)
Aku
melihat Madan dan dua orang lagi sedang bingung ingin belajar dengan siapa
karena teman-teman aku yang lain sudah banyak dihampiri oleh anak-anak yang
lain, sehingga Dengan hati terbuka aku memanggilnya untuk belajar denganku
saja bersama beberapa teman lainnya. Ada Madan, si Farizi dan Si Kelsa. Madan duduk dikelas 2 SD, Farizi kelas
2 SD dan Kelsa belum sekolah dan masih berumur 4 tahun. Ternyata yang dua orang
lagi adalah adik-adik si Madan,
Setelah
mengaji bersama, aku mengajari Madan matematika sesuai permintaannya. Cara
Madan berbicara, cara Madan belajar, bisa aku rasakan kalau Madan seperti susah
memahami semua yang aku ajarkan, matanya tidak terfokus kepada pelajaran, tapi
terfokus pada teman-temannya yang sedang bermain, terkadang fokus melihat
wajahku saja bukan bukunya. Ketika dikasih latihan ia masih belum sanggup untuk
mengerjakannya sendiri.
Aku
jadi menggertaknya sambil bercanda untuk fokus belajar. Malah adikknya si
Farizi yang banyak membantu abangnya (si Madan) dalam mengerjakan latihan yang
aku beri. Aku katakan pada Farizi biar abangnya mengerjakan sendiri dahulu latihannya,pada
saat itulah Farizi langsung to the point tentang kondisi abangnya yang sebenarnya yaitu Si Madan.
“Dia
ini aturannya kelas 4 SD kak, tapi tinggal kelas 2 tahun, kata Ibu kami
seharusnya abang disekolahkan di Sekolah Khusus, bukan disekolah SD biasa, tapi
sekolah itu tidak ada disini,” Ujar Farizi dengan tanggap.
Bisa
aku tarik maksud dari perkataan Si Farizi. Aku jadi salut banget dengan Farizi,
selain pintar berbicara, ia sangat peduli dan mau membantu abangnya yang sedang
dalam kesusahan mengerjakan latihan soal.
Dari
perkataan Farizi aku jadi mengerti, kalau Madan bukanlah anak-anak seperti biasanya.
Ia hanya seorang anak ceria dan penuh semangat. Madan butuh bimbingan dan
semangat dari kami-kami agar tetap bisa belajar meskipun dalam keadaan terbatas.
Si
Madan adalah anak yang aktif dan ceria, pun kondisi ekomoni keluarga yang
pas-pasan membuat kami anak-anak KKN tersentuh. Sulut api semangatnya untuk
berjalan tiap malam menuju ke posko KKN untuk belajar selalu ia tapaki bertiga
bersama adik-adiknya yang pintar dan lucu itu.
Aku
senang... Madan dan adik-adiknya mempercayakan aku buat jadi tutor mereka
ketika belajar bersama di Posko.
Meskipun aku sering terkaget-kaget sama Farizi yang kalo punya PR banyak
banget, bisa dalam semalam mengerjakan tiga sampai empat PR, Katanya biar PR
nya tidak menumpuk dan selesai. Bener juga sih, tapi kaget aja :D Di penghujung KKN Una pun juga sempat bantuin aku belajar dan bantu buatin tugas si Farizi ini. Hehhe. Makasi Una.
Belum
lagi si Kelsa yang cantik itu, meskipun belum sekolah tapi Iqro dan buku tulis
untuk belajarnya selalu iya bawa dan hasil tulisan tangannya baik tentang
berhitung dan menulis selalu ia praktekkan di depan aku dan menunjukkan
hasilnya padaku. Pintar!!
Yang aku salut dari Madan adalah setiap datang ke posko ia selalu bilang, “Kak,
mau belajar!” Sambil membuka tas dan
mengambil buku-bukunya kemudian duduk manis di depan aku. Setiap selesai belajar pun aku terbiasa memberinya PR,
namun ketika aku tidak memberinya PR, ia malah meminta dikasih PR. Alasannya
biar bisa pintar dan ketemu kakak cantik terus :”) ntah mau terharu atau merasa
terhina atau apa gitu kan, jarang-jarang ada yang bilang cantik :”) eehh,
tapi anak kecil jujur kan ya? Haha.
Kami
anak KKN merasa sangat senang ketika Madan dan adik-adiknya yang sering membawa
titipan Ibunya, biasanya Farizi sering memberi buah-buahan dan makanan. Enak!!!
Makasih Ibu Madan, Farizi dan Kelsa.
Masih
teringat jelas juga ketika saat-saat berada dipenghujung akhir KKN, aku pengen
Madan lebih percaya dengan dirinya sendiri, bisa sedikit saja lebih lancar
dalam mengungkapkan kata-kata dengan fasih dan jelas.
Saat
itu kebetulan di posko aku sedang bersama Ando dan Juntak. Kami mengajari Madan
untuk berbicara pemperkenalkan diri sendiri di depan umum. Kami bertiga sempat
tertawa ketika Madan memulai dengan mengucapkan salam yang tidak jelas dan
kencang dan sangat kaku sekali memperkenalkan dirinya.
Aku
pun mulai mengajarinya pelan-pelan namun tetap sedikit sulit, Juntak dan Ando pun
juga mencoba mengajarinya dan malah semakin membuatnya malu, tidak ingin
berdiri dan berbicara lagi. Untung Ando sabar dan kami juga sabar mengajarnya,
sedikit demi sedikit selama dua hari berturut-turut lafal Madan dalam
mengucapkan kata-kata memperkanalkan dirinya berangsur baik, dan percaya diri meskipun
masih banyak yang harus dipelajari.
Walaupun
Madan malu dan tidak hebat dalam satu sisi, tapi semangat nya untuk terus
belajar tidak luntur. Sering salah pun membuat Madan gak pernah bosan dan malu
untuk belajar ke Posko. Keterbatasan Madan yang ada tidak membuatnya minder
dihadapan teman-temannya, Madan sempat malu dan menyuruh adiknya Farizi tutup
mulut ketika menyampaikan kalau Madan pernah tinggal kelas ke aku pertama
kalinya. Hufftt.... tapi walaupun jujur itu memalukan namun selama kita
menganggap kejujuran itu hal yang positif, hasilnya akan positif juga. Ibarat kata
pepatah ‘Malu bertanya sesat dijalan.’
Tentang
cita-cita nya yang ingin membahagiakan kedua orangtuanya dan ingin menjadi
dokter Madan utarakan kepada kami. Semoga bisa terwujud ya Madan, meskipun
kakak dan abang-abang sudah pergi tetap semangat buat belajar ya. Kakak rindu
sama Madan, sayang...momen kita bersama belum sempat terabadikan dan kita
belum sempat perpisahan. Terakhir sebelum pergi kakak hanya ketemu Farizi di
jalan dan titip salam semangat ke Madan dan Kelsa.
Memang...
hati dan mata kita akan terbuka lebar dan tergerak membantu ketika kita langsung merasakankan sendiri
lingkungan yang berbeda.
Setidaknya bukan hanya satu orang yang seperti Madan, tapi banyak orang diluar sana
hidup dalam ketidakberuntungan namun mereka masih memiliki harapan dan semangat
buat menjalani hari-hari mereka. Kisah si Madan dapat kita ambil pelajaran dan hikmahnya. Sekali lagi bahwa keterbatasan tidak membatasi kita dalam melakukan sesuatu yang ingin dicapai.
Ini
hanya baru cerita si Madan, masih banyak
mungkin cerita-cerita lainnya yang tidak terekspos dan butuh perhatian dari
kita, dari masyarakat, maupun pemerintah. Kita saling peduli kepada sesama toh tidak
akan mendatangkan kerugian ataupun menurunkan derajat kita. Tetapi
meninggikan derajat, bukan hanya dihadapan manusia, tetapi dihadapan Allah
SWT. Dimana Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“
QS. Al-Zalzalah
7-8
Sekecil apapun kebaikan yang kita kerjakan
pasti berbalas dengan kebaikan, begitu lah
janji Allah kepada kita dan dengan kita menolong orang lain, kita pun
juga akan mendapatkan pertolongan entah melalui perantara manusia atau pun langsung dari sang Maha
Kuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW, yakni:
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan
seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari
kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan
memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib
seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong
saudaranya”. (HR. Muslim)
Mungkin itu saja tentang kisah si Madan,
sederhana tapi ada nilai yang bisa kita ambil sebagai pemacu kita untuk terus
semangat biar dalam kondisi apapun. Semoga bermanfaat ya bagi kita terkhususnya
bagi diri aku sendiri. Wassalam
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca