Saturday 15 June 2013

Kisah Gadis Kampung (part 1)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Teman-teman semua, ini adalah cerbung(cerita bersambung) pertama yang aku buat. aku persembahkan bagi kalian-kalian yang mau membacanya. Jujur aja kalau aku ini bukan penulis cerita/ dongeng yang profesional, ini cerita dibuat hanya untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang percuma. Walaupun nanti ceritanya mungkin bakalan terasa hambar ketika kalian baca, tapi aku harap kalian akan membacanya terus sampai part-part selanjutnya. Itung-itung membuka peluang kalian untuk bisa memberikan kritikan2 dan komentar bahkan ilmu untuk aku yang masih pemula ini. Ya dalam hati yang paling dalam ingin pandai menulis cerita-cerita kayak beginian. Makanya aku akan menunggu kritikan kalian yang akan membangun. Maakasih juga buat sobatku tersayang @muthihauraa yang lebih ahli menulis dariku, terima kasih telah memberi semangat untuk aku bisa menulis karangan. Jangan lupa baca sampai habis ya.....:)

Selamat membaca sobat-sobat... :)
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku mulai melangkahkan kakiku meninggalkan Burai menuju jalan setapak  yang  biasanya aku lalui setiap hari tanpa absen. Ember hijau berisi peralatan mandi, ku pegang erat ditangan kananku  dan lingkaran handuk yang menempel dileherku membuatku terasa hangatOrang-orang disini biasanya  kalau  mandi, MCK dan mencuci harus di Burai. Ya, seperti ini lah kehidupan yang jauh dari gemerlap modernisasi. Sawah yang ada dikanan-kiri begitu juga jalan  sempit dan  berlumpurpun jadi tempat injakan biasa, yang kapanpun dapat membuat terjatuh siapa saja yang melewatinya.

“Lin, tunggu aku!!” Terdengar suara dari belakang memintaku untuk menunggunya. Akupun menoleh kebelakang.

“Cepatlah Mel, nanti kita terlambat kesekolah!” balasku sedikit marah.

“Aku kedinginginan tauk, hujan semalam bikin ntu air sedingin es di Kutub Utara” ucap sahabatku itu ketus.

“Allaaah…kayak pernah ke Kutub Utara aja kamu Mel” kataku bergurau.

Ini yang paling membuatku malas, sudah keluar dari jalan setapak sekarang harus naik jalan tanah yang bergelombang,berpasir, dan mendaki. Capeknya luar binasa. Maklum, ini tanah sekarang lagi tahap pengaspalan.
Ketika aku dan Mela sedang asik bergurau dijalan, tiba-tiba sebuah sepeda motor yang cukup kencang  datang dari atas sana.

“Mel, awaaaasss!!” teriakku menarik tangan Mela kencang.

“Brruuukkkkkk… “

Aku dan Mela terjatuh. Debu berterbangan dimana-mana membuat aku dan Mela batuk-batuk dan berusaha menghela debu yang membuat pandangan kami kabur. Dalam kelamnya pagi terlihat seorang  cowok yang mengendarai motor dan mengenakan kaca mata hitam, dia berhenti sejenak dan melihat kearah kami yang telah terjatuh olehnya. Ketika aku melihatnya dengan tatapan tajam dia hanya mengerutkan  kening dan sepertinya tidak ada tanda-tanda mau menolong.

Tiba-tiba cowok itu bergerak dan membuatku terhenyak.

Jreenggg…jreeenngg… (suara motor)
Ia menggas motornya lalu pergi meninggalkan kami seperti tidak terjadi apa-apa. 

“Busett dah ntu orang, udah buat kita jatuh,malah pergi gitu aja.”

“Wah..wah…gak bener ni Lin, udah baju seragam aku koyak pula,sadiah lai hidup” ungkap Mela sedikit manyun.

“Tenang Mela, kalau kita ketemu ntu laki-laki lagi,kita kasih pembalasan!” kataku seraya mengepalkan tangan kananku di depan muka Mela.

“Weehh,tenang dulu Lina, bogemnya jangan kearah aku gitu”

“Hahaha…maaf, terlalu bersemangat, yokkk kita pergi dari sini” kataku pada Mela sambil membersihkan sebagian tubuh yang kotor.

 Siapa  sih cowok yang baru saja membuat aku dan Mela terjatuh? Perasaan di Kampung ini gak ada anak cowok yang punya motor sebagus dan sekinclong itu. Apa dia anak dari Kota yang pulang Kampung? Atau dia anak orang kaya dari Kampung sebelah? atau dia pendatang dari negeri antah berantah yang jauh disana?. Emang sih dari perwarakannya dia kelihatan ganteng,gagah lagi. Aduh, pikiran apa sih ini? Kok malah mikirin cowok yang bukan siapa-siapa. Stop stop! Gak boleh mikir macam-macam. Dosa Lina…dosa

Akupun masih tetap melangkahkan kakiku menuju rumah bersama Mela sahabatku. Setibanya dirumah aku dapati Indra teman sekelasku yang telah menunggu didepan rumahku untuk ke sekolah bersama.

“Ternyata udah ada yang nungguin nih Lin,cciieee...” kata Mela ngejek.

“Apaan sih Mel, gak ada bosan-bosannya ya” balasku.

“Yaudah aku pulang dulu, mau ganti baju”

“Pergi-pergi! Hhuussshhh” kata Indra sambil menggerak-gerakkan tangannya kearah Mela tanda mengusir.

“Wuuu…awas lu ya tunggak langik” ejek Mela berlari meninggalkan aku dan Indra. Akupun hanya tersenyum melihat tingkah mereka yang lucu itu.

~~~~~~~~~

Ku ambil segelas teh yang baru saja aku buat dan berjalan menuju kamarku.  Kuletakkan teh tadi diatas mejaku. Tak tersadar ku hempaskan saja tubuhku diatas tempat tidur sambil memejamkan mata menikmati  dinginnya sore ini. Tiba-tiba aku teringat  kejadian tadi disekolah.

Kenapa sih Indra bisa suka sama aku? Padahal aku nganggap dia  cuma temen kecil yang sama-sama tumbuh dewasa hingga sekarang ini. Rasanya sulit untuk nerima dia. Apalagi setiap hari selalu bersama dia terus sering saling ngejek walaupun hanya bergurau. Tapi rasanya tak begitu pas. Ya ampun, kok gini ya??

“Assalamualaikum… Linaaa…Linaaaa”

Sebuah suara membuyarkan lamunanku,sepertinya suara Mela ,akupun segera berlari menuju pintu.

“Apaan sih Mel? Sore-sore begini teriak-teriak gak jelas” kataku pada Mela dengan suara jengkel.

“Ini loh, ada surat untukmu Lin” ucap Mela dengan napas ngos-ngosan sambil menyodorkan amplop putih padaku.

“Ha… surat dari siapa sih?”

“ Yang pasti ntu surat dari orang yang naksir sama kamu Lin, selama ini kan gitu. Kapan ya aku bisa dapat surat kayak kamu Lina? sekaliii aja” kata Mela sembari mengangkat jari telunjuk kanannya dan menarik kursi untuk duduk kemudian menatapku.

“ Tapi ini dari siapa ya? Kok no name gitu” sambil membolak-balikkan kertas amplop itu.

“ Ini surat dari Vina temen sekelas kita waktu SD dulu, katanya dari abangnya” ujar Mela mengerutkan kening.

“oooo…. Vina anak kampung sebelah, yaudah makasih suratnya Mel. Aku masuk kedalam dulu,kamu pulang gih!”
“iya deh, besok cerita ya apa isi suratnya!”

“iya-iya”

Aku kembali menuju kamarku dan duduk diatas kursi didepan mejaku. Kuraih teh yang sejak tadi aku buat kemudian meminumnya. Dingin. Itu yang aku rasakan pada teh ini.

Kubuka perlahan-lahan amplop putih itu dan kudapati kertas berwarna hijau. "Haa?? Warna favorit aku nih,kok bisa ya?" gumamku dalam hati.

Kuamati kalimat demi kalimat yang ada didalam secarik kertas itu yang gak tahu ntah siapa pengirimnya. Kata-katanya menggugah hati yang sedang membacanya dan membuatku secara tak sadar menyunggingkan senyuman tipis. Setelah aku selesai membacanya kulipat lagi kertas itu dan aku raih sebuah buku diatas meja belajarku kemudian ku selipkan disalah satu halamannya.

to be continued.................................... :))

Note: Burai                : tempat air mata air yang banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari.
         sadiah lai hidup: sedih lagi hidup...
         Tunggek langik : ejekan untuk orag yang berbadan tinggi.

No comments:

Post a Comment