Wednesday 19 June 2013

Kenaikan BBM 2013

Detik-detik kenaikan BBM tidak dapat lagi dihindari. Betapa pun masyarakat menuai berbagai protes, demo, atau membuat penolakan semisalnya, tidak dapat merubah keputusan pemerintah untuk menghentikan kenaikan BBM.

Kita rakyat kecil hanya tau kerugian yang akan besar pasti terjadi. Jujur saja kita sebagai rakyat tidak tahu menau apa yang dipikirkan oleh mereka. Selama masa orasi mereka hanya mengatakan "inilah cara terbaik untuk rakyat ; inilah cara untuk meringankan warga miskin ; inlah satu-satunya cara agar warga miskin  mendapatkan hak yang sesuai; dll".

Saat ini pemerintah sedang membuat fasilitas seperti Kartu Kompensasi BBM. Sebagian orang bahkan politisi menganggap ini semacam kebijakan aneh.

Bahan bakar melambung tinggi, sebagian besar bahan pokok juga telah naik, seperti beras,telor, dll. Mungkin kita harus menuruti aturan main pemerintah saat ini. Dan apabila ini gagal dan juga menuai berbagai kerugian diberbagai pihak, pemerintah harus bertindak tegas dan bertanggung jawab.

Negara kita yang kaya, ternyata tidak membuat rakyatnya damai sejahtera. Pemimpin diharapkan jangan bermuka dua. Didepan membangun tapi dibelakang menabung keuntungan pribadi. Pemimpin harus membuat perubahan jangan hanya sebagai simbol keperkasaan dan kekayaan.

BBM naik berdasarkan keputusan pemerintah, bila keputusan ini dinilai yang paling baik dan bijak, kami rakyat hanya bisa menyerahkan hasil akhir kepada Allah. Kepada presiden Republik Indonesia harus lebih ketat, selektif, dan tegas pada peraturan,keputusan, dan perlu memberikan pengarahan yang tepat pada pejabat-pejabat pemerintahan.




Baca Dulu!! Baru Tau Judulnya... :)

genggamlah tangan kalian bersama-sama satu sama lain,
tutuplah mata perlahan-lahan,
dan rasakanlah hembusan angin menjalar keseluruh tubuh kalian,
hirup udara dan rasakan betapa nikmatnya kehidupan,
pandanglah wajah orang-orang samping kiri kanan yang kalian genggam tangannya,
tataplah wajahnya dan lihat senyumannya,
dan kitapun tak tersadar juga tersenyum dibuatnya,
kalian menutup mata kembali dan merasakan begitu damainya,
tiba-tiba ada suatu godaan penghancur yang terus  menerus menerpa,
begitu kencang,
dan ingin melepaskan genggaman itu,
kalian satu sama lain saling menguatkan genggaman,
semakin lama semakin kencanglah genggaman itu,
sampai-sampai cucuran keringat membasahi sekujur tubuh,
dahi berkerut,
mata menahan kesakitan,
urat tangan seakan keluar,
jari-jemari kalian terasa ada yang mulai melemas.

satu atau beberapa diantara kalian ada yang mulai goyah,
rapuh dan akhirnya,
tak sanggup lagi menahan terpaan itu,
badannya semakin bungkuk tak tertahankan,
dan tak ada daya,
penghancur itupun semakin senang tenggelam  dalam tawa,
kalianpun tak akan membiarkan melepaskan genggaman itu,
walau apapun yang terjadi.
kalian membuka mata dan melihat satu sama lain,
mencoba berdiri,
mencoba tuk pahami,
dan memberikan kekuatan yang masih tersimpan,
kalian coba tuk menggenggam lebih kuat dan erat lagi.
jari-jemari sekarang sudah mulai lebih menyatu dan merapat kembali,
bersatu dalam satu tujuan yang nyata
berusaha meyakinkan hati dan pikiran yang sebelumnya  bodoh.
saat ini hanya ada dua kata MAJU atau MUNDUR
mereka bersatu dalam satu ikatan yang suci
dan seraya bersorak gemuruh...
"MUNDUR AKAN MEMBUAT KAMI MATI DAN MAJULAH SATU-SATUNYA PILIHAN KAMI"
Begitulah akhir CERITA PERSAHABATAN yang terjalin........
--------------------------------------------------
begitulah indahnya persahabatan bila dilandasi dengan keyakinan dan kekuatan kalau sudah begitu maka tidak akan ada yang terhancurkan dan yang dihancurkan. Kita sebagai umat muslim jangan mudah goyah dan mundur begitu saja , majulah terus... misalnya.... mana yang mau dipilih mundur atau maju?? kalau dipilih MUNDUR maka akan terperosok kelubang yang dalam bahkan mati(misalnya) seperti sebelumnya, tapi kalau maju belum tentu kita akan masuk kelobang yang dalam,karena apa? karena kita belom kesana atau belum mencobanya. kalaupun takdir berkata lain dan masuk kelobang yang dalam lagi teruslah untuk berusaha keluar dan jika harus mati setidaknya kita  tidak mati sia2. kenapa tidak mati sia2? karena kita telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, daripada mundur dan mati sia2, padahal kita tahu bahwa mundur berarti mati. kan sayang kalau tidak mencoba untuk maju. biasanya apabila ada kesusahan pasti ada kemudahan dan kelapangan.
so... bersahabatlah selalu dengan siapa saja yang menurut kita dapat mengantarkan kita pada kebaikan... kalau kita ingin mencari sahabat ingatlah,carilah sahabat yang dapat menuntun kita selalu kejalan Allah...
selamat mencoba ^_^

Pentingnya Bersyukur

Ternyata kebanyakan dari kita ini memang tidak adaapa-apanya dibandingkan dengan anak-anak di Palestina. Mereka yang hanyaberumur  tujuh tahun dan bahkan dibawahumur tujuh tahun sekalipun sudah lancar membaca dan hapal Al-Quran. Padahalmereka  dikelilingi keterbatasan dantempat mereka untuk belajarpun bisa dikatakan tidak layak. Tapi itu semua tidakmenghambat semangat mereka untuk belajar dan menghapal Al-Quran. Tapi apakahyang terjadi pada kita? Mungkin seharusnya kitalah yang lebih bersyukur danberusaha lebih baik dari mereka  dan yangdisesalkan hanya segelintir dari kita yang bersyukur dan berusaha. Lihatlah disekelilingkita! Kita ada sekolah bernama Sekolah Islam Terpadu  yang ada dimana-mana, dilengkapi berbagaifasilitas yang waaww…  dan biaya yanglebih mahal dari sekolah negeri, terus apa yang terjadi? Hanya sedikit sajayang berhasil menghapal dan memaknai  isiajaran Al-Quran itu sendiri.

         Lain halnya dengan mereka yang disana, belajar didalam bangunanyang mungkin saja tidak kokoh lagi, belajar dibawah hujan dan dentuman bomsetiap hari yang bisa saja merenggut nyawa mereka hari itu juga,  ketakutan yang merasuk sukma tapi merekatetap melantunkan ayat-ayat suci. Tak terbayang betapa bangga,kagum, danbangganya orang tua mereka, walaupun orang tua mereka tahu bahwa anak-anakmereka yang hapal Al-Quran akan menjadi sasaran bidikan pistol dan dibunuholeh  manusia-manusia yang haus akankekuasaan dan rakus terhadap dunia.  tahukahmengapa mereka ingin dibunuh oleh rakyat zionis itu? Tidak lain dan tidak bukankarena mereka sang malaikat-malaikat kecil itu adalah tentara dan pejuangnyaAllah diatas bumi ini yang  akanmati-matian mempertahankan tanah  air danakan membuat  manusia-manusia rakus itususah untuk mendapat ataupun menaklukkan kota kecil yang bernama Palestina.

Semoga Allah selalu melindungi saudara kita disana…. Aamiin 

Saturday 15 June 2013

Kisah Gadis Kampung (part 1)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Teman-teman semua, ini adalah cerbung(cerita bersambung) pertama yang aku buat. aku persembahkan bagi kalian-kalian yang mau membacanya. Jujur aja kalau aku ini bukan penulis cerita/ dongeng yang profesional, ini cerita dibuat hanya untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang percuma. Walaupun nanti ceritanya mungkin bakalan terasa hambar ketika kalian baca, tapi aku harap kalian akan membacanya terus sampai part-part selanjutnya. Itung-itung membuka peluang kalian untuk bisa memberikan kritikan2 dan komentar bahkan ilmu untuk aku yang masih pemula ini. Ya dalam hati yang paling dalam ingin pandai menulis cerita-cerita kayak beginian. Makanya aku akan menunggu kritikan kalian yang akan membangun. Maakasih juga buat sobatku tersayang @muthihauraa yang lebih ahli menulis dariku, terima kasih telah memberi semangat untuk aku bisa menulis karangan. Jangan lupa baca sampai habis ya.....:)

Selamat membaca sobat-sobat... :)
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku mulai melangkahkan kakiku meninggalkan Burai menuju jalan setapak  yang  biasanya aku lalui setiap hari tanpa absen. Ember hijau berisi peralatan mandi, ku pegang erat ditangan kananku  dan lingkaran handuk yang menempel dileherku membuatku terasa hangatOrang-orang disini biasanya  kalau  mandi, MCK dan mencuci harus di Burai. Ya, seperti ini lah kehidupan yang jauh dari gemerlap modernisasi. Sawah yang ada dikanan-kiri begitu juga jalan  sempit dan  berlumpurpun jadi tempat injakan biasa, yang kapanpun dapat membuat terjatuh siapa saja yang melewatinya.

“Lin, tunggu aku!!” Terdengar suara dari belakang memintaku untuk menunggunya. Akupun menoleh kebelakang.

“Cepatlah Mel, nanti kita terlambat kesekolah!” balasku sedikit marah.

“Aku kedinginginan tauk, hujan semalam bikin ntu air sedingin es di Kutub Utara” ucap sahabatku itu ketus.

“Allaaah…kayak pernah ke Kutub Utara aja kamu Mel” kataku bergurau.

Ini yang paling membuatku malas, sudah keluar dari jalan setapak sekarang harus naik jalan tanah yang bergelombang,berpasir, dan mendaki. Capeknya luar binasa. Maklum, ini tanah sekarang lagi tahap pengaspalan.
Ketika aku dan Mela sedang asik bergurau dijalan, tiba-tiba sebuah sepeda motor yang cukup kencang  datang dari atas sana.

“Mel, awaaaasss!!” teriakku menarik tangan Mela kencang.

“Brruuukkkkkk… “

Aku dan Mela terjatuh. Debu berterbangan dimana-mana membuat aku dan Mela batuk-batuk dan berusaha menghela debu yang membuat pandangan kami kabur. Dalam kelamnya pagi terlihat seorang  cowok yang mengendarai motor dan mengenakan kaca mata hitam, dia berhenti sejenak dan melihat kearah kami yang telah terjatuh olehnya. Ketika aku melihatnya dengan tatapan tajam dia hanya mengerutkan  kening dan sepertinya tidak ada tanda-tanda mau menolong.

Tiba-tiba cowok itu bergerak dan membuatku terhenyak.

Jreenggg…jreeenngg… (suara motor)
Ia menggas motornya lalu pergi meninggalkan kami seperti tidak terjadi apa-apa. 

“Busett dah ntu orang, udah buat kita jatuh,malah pergi gitu aja.”

“Wah..wah…gak bener ni Lin, udah baju seragam aku koyak pula,sadiah lai hidup” ungkap Mela sedikit manyun.

“Tenang Mela, kalau kita ketemu ntu laki-laki lagi,kita kasih pembalasan!” kataku seraya mengepalkan tangan kananku di depan muka Mela.

“Weehh,tenang dulu Lina, bogemnya jangan kearah aku gitu”

“Hahaha…maaf, terlalu bersemangat, yokkk kita pergi dari sini” kataku pada Mela sambil membersihkan sebagian tubuh yang kotor.

 Siapa  sih cowok yang baru saja membuat aku dan Mela terjatuh? Perasaan di Kampung ini gak ada anak cowok yang punya motor sebagus dan sekinclong itu. Apa dia anak dari Kota yang pulang Kampung? Atau dia anak orang kaya dari Kampung sebelah? atau dia pendatang dari negeri antah berantah yang jauh disana?. Emang sih dari perwarakannya dia kelihatan ganteng,gagah lagi. Aduh, pikiran apa sih ini? Kok malah mikirin cowok yang bukan siapa-siapa. Stop stop! Gak boleh mikir macam-macam. Dosa Lina…dosa

Akupun masih tetap melangkahkan kakiku menuju rumah bersama Mela sahabatku. Setibanya dirumah aku dapati Indra teman sekelasku yang telah menunggu didepan rumahku untuk ke sekolah bersama.

“Ternyata udah ada yang nungguin nih Lin,cciieee...” kata Mela ngejek.

“Apaan sih Mel, gak ada bosan-bosannya ya” balasku.

“Yaudah aku pulang dulu, mau ganti baju”

“Pergi-pergi! Hhuussshhh” kata Indra sambil menggerak-gerakkan tangannya kearah Mela tanda mengusir.

“Wuuu…awas lu ya tunggak langik” ejek Mela berlari meninggalkan aku dan Indra. Akupun hanya tersenyum melihat tingkah mereka yang lucu itu.

~~~~~~~~~

Ku ambil segelas teh yang baru saja aku buat dan berjalan menuju kamarku.  Kuletakkan teh tadi diatas mejaku. Tak tersadar ku hempaskan saja tubuhku diatas tempat tidur sambil memejamkan mata menikmati  dinginnya sore ini. Tiba-tiba aku teringat  kejadian tadi disekolah.

Kenapa sih Indra bisa suka sama aku? Padahal aku nganggap dia  cuma temen kecil yang sama-sama tumbuh dewasa hingga sekarang ini. Rasanya sulit untuk nerima dia. Apalagi setiap hari selalu bersama dia terus sering saling ngejek walaupun hanya bergurau. Tapi rasanya tak begitu pas. Ya ampun, kok gini ya??

“Assalamualaikum… Linaaa…Linaaaa”

Sebuah suara membuyarkan lamunanku,sepertinya suara Mela ,akupun segera berlari menuju pintu.

“Apaan sih Mel? Sore-sore begini teriak-teriak gak jelas” kataku pada Mela dengan suara jengkel.

“Ini loh, ada surat untukmu Lin” ucap Mela dengan napas ngos-ngosan sambil menyodorkan amplop putih padaku.

“Ha… surat dari siapa sih?”

“ Yang pasti ntu surat dari orang yang naksir sama kamu Lin, selama ini kan gitu. Kapan ya aku bisa dapat surat kayak kamu Lina? sekaliii aja” kata Mela sembari mengangkat jari telunjuk kanannya dan menarik kursi untuk duduk kemudian menatapku.

“ Tapi ini dari siapa ya? Kok no name gitu” sambil membolak-balikkan kertas amplop itu.

“ Ini surat dari Vina temen sekelas kita waktu SD dulu, katanya dari abangnya” ujar Mela mengerutkan kening.

“oooo…. Vina anak kampung sebelah, yaudah makasih suratnya Mel. Aku masuk kedalam dulu,kamu pulang gih!”
“iya deh, besok cerita ya apa isi suratnya!”

“iya-iya”

Aku kembali menuju kamarku dan duduk diatas kursi didepan mejaku. Kuraih teh yang sejak tadi aku buat kemudian meminumnya. Dingin. Itu yang aku rasakan pada teh ini.

Kubuka perlahan-lahan amplop putih itu dan kudapati kertas berwarna hijau. "Haa?? Warna favorit aku nih,kok bisa ya?" gumamku dalam hati.

Kuamati kalimat demi kalimat yang ada didalam secarik kertas itu yang gak tahu ntah siapa pengirimnya. Kata-katanya menggugah hati yang sedang membacanya dan membuatku secara tak sadar menyunggingkan senyuman tipis. Setelah aku selesai membacanya kulipat lagi kertas itu dan aku raih sebuah buku diatas meja belajarku kemudian ku selipkan disalah satu halamannya.

to be continued.................................... :))

Note: Burai                : tempat air mata air yang banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari.
         sadiah lai hidup: sedih lagi hidup...
         Tunggek langik : ejekan untuk orag yang berbadan tinggi.

KEHIDUPAN

awan putih datang
membawa sebuah cerita
yang ia lihat
dari perjalanan panjangnya
burung-burungpun duduk
mendengarkan sang awan

sahabatku
aku melihat ombak
selalu berkejaran
menggulung
dan tak tahu yang ia lalui

dan
aku melihat angin
bermain kian kemari
bebas
tanpa arah dan tujuan

kemudian
aku melihat buah kelapa
begitu tegar
terombang ambing ditengah lautan
dilempar ombak ganas
terbawa angin dingin
hingga terdampar pada bibir pantai
menumbuhkan kesejukan
memberi manfaat

Puisi aku dua tahun yang lalu nih...  ;)

Kisah Gadis Kampung (part 6)

The story before


Sesampai dirumah, bukannya langsung tidur. Aku dimarahi habis-habisan sama Bapak, karena pulang terlalu malam. Ditambah lagi aku ketahuan berbohong karena alasan yang bodoh.

Duuhhh…. Begok banget sih, kan dimana-mana banyak mata kucing berkeliaran, kenapa juga aku gak sadar ya?? Mau nya tadi aku langsung jujur aja sama Bapak. Toh sebenarnya mungkin Bapak gak akan semarah ini, karena Bapak kenal juga sama Indra.Bodoh…bodoh.

Sejak saat terakhir aku bersama Indra aku tak pernah ingin melihatnya dan berbicara padanya lagi, walaupun ia sering muncul dan menanyakan perbuatannya padaku sambil berpura-pura bodoh tidak menyadari kesalahnnya.


Kisah Cinta Gadis Kampung (part 6)

Bersandar di kursi yang terbuat dari bambu sedikit membuat badanku pegal. Ku perbaiki cara aku bersandar dan Aku jadi teringat moment ketika aku sedang bersandar di kursi ini sebelum aku pergi ke Bukit Tinggi dulu, Mela dengan muka kusutnya tiba-tiba datang bersama Rafael hingga membuatku terperanjat. Rafael mengakui surat yang diberikan memelalui Mela dengan no name  itu adalah darinya. Saat itu Rafael ingin menjadi sahabatku. Tapi seiring berjalannya waktu aku pergi meninggalkannya tanpa pamit.

“Haai Lina” seseorang memanggilku dari jauh dengan stelan baju bewarna hitam dan jeans, berlari mendekati ku.

“Ooohh…satria baja hitam toh” kataku ngejek.

“Ha?? satria baja hitam? Sejak kapan aku diberi julukan kayak gitu?” balas Indra dengan tawa lepasnya.

“Itu Mela yang ngasih julukan itu, abisnya kamu   pake pakaian serba hitam terus” celetuk aku tertawa pada Rafael.

Sejak pertemuan itu aku dan Rafael lebih sering banget ketemu dan menjemput aku kerumah. Orangnya gak penuh basa-basi, sopan, baik,ramah dan anak orang kaya terpandang. Saat itu aku merasa seperti cewek yang paling beruntung didunia bisa dekat sama cowok seperti Rafael. Bapak dan Ibu juga percaya banget sama Rafael. Rafael pun sangat jago mengambil hati kedua orang tuaku.

Pernah suatu ketika Rafael meminta foto kepadaku. Tapi aku gak punya foto yang bagus untuk diberikan padanya. Palingan yang ada pas foto. Soo…apa yang harus aku kasih?. Ternyata pas pertemuan berikutnya dia memberiku sebuah kamera dan mengajakku untuk berfoto.

Sebenarnya banyak hak-hal yang tak terduga yang aku dapat darinya dan mahal tapi kadang aku menahan diri untuk tidak menerimanya. Bapak selalu menasehatiku agar jangan mengambil sesuatu dari cowok yang belum tentu menjadi suami, nanti bisa jadi bahan fitnah yang tak baik.

Namun, Rafael sedikit memaksaku untuk menerima barang darinya dan aku pun mengutarakan alasanku ketika tidak ingin menerimanya. Dan saat-saat itulah Rafael mengatakan padaku bahwa dia pasti akan menjadi suami, suami yang setia, suami ya melindungi dan baik untukku.

~~~~~~~~~~~~

Empat  tahun pacaran mungkin sangat lah lama jika dilalui dengan masa-masa ngambang gak bertujuan. Terbesit dihatiku apakah dia benar-benar serius padaku. Rafael akhir-akhir ini sering pulang balik ke kota untuk pekerjaan. Semakin lama hubungan ini semakin jarang seperti kehilangan contact.

Aku pun mulai merasa gundah dan ada rasa ingin memutuskan hubungan ini. Yang lebih parahnya, Bapak berencana akan menjodohkan aku dengan laki-laki pilihannya karena Bapak dan Ibu tidak ingin menunggu terlalu lama.

Aku tidak putus asa, ku nanti cinta yang pasti kan kembali, selalu kunanti janji dan selalu memberi kesempatan pada Rafael untuk serius. Mela selalu datang memberikan informasi kalau Rafael datang. Tapi kenyataannya Rafael tidak pernah mampir.

“Lin, aku rada curiga sama Rafael yang gak pernah mampir-mampir lagi” kata Mela dengan tampang serius.

“Kenapa gitu Mel?”

“Abisnya Rafael lebih sering pake mobil bersama Ibunya, dia gak pake motor lagi”

Pasti ada yang gak beres dan ada yang berusaha menjauhkan aku dari Rafael. Kenapa sih setiap aku pengen yang baik-baik itu pada susah?
Saat itu aku merasa seperti cewek yang paling bodoh didunia yang mengharapkan cowok seperti itu. Aku itu kayak pungguk yang merindukan bulan. Tapi untuk suatu kepastian, aku paksa Bapak Ibuku untuk datang kerumah Rafael mempertanyakan hubungan aku dan Rafael.

Bapak berkata bahwa Rafael tidak akan menikah selagi kakaknya menemukan jodoh yang tepat. Tapi aku merasa Rafael tidak pernah berbicara kalau dia punya kakak. Apakah Rafael yang bohong atau ibunya?

Rafael juga jarang mengirim surat, kalaupun ada mengirim surat itupun hanya permohonan maaf. Tak pernah mampir dan singgah. Aku jadi muak dengan surat yang ia berikan. Aku kumpulkan semua surat-surat darinya, barang yang sempat aku koleksi karena aku mencintainya. Tapi cinta itu sekarang sudah menjadi arang. Terbakar dimakan api dan pastinya gak bakal kembali.

Aku menerima surat dari Rafael, mungkin ini adalah surat terakhir darinya. Ya… dia tidak bisa bersama ku lagi. Hubungan aku dan Rafael ditentang oleh Ibunya.

Usut punya usut ibunya tidak suka pada keluargaku yang terlalu rendahan, Ibunya ingin sosok menantu yang berkelas. Rafael sengaja tidak bertemu lagi padaku supaya keluargaku tetap aman dan tidak diganggu oleh orang suruhan Ibunya.

Huufftt… ternyata satria baja hitam yang aku mimpi-mimpikan yang bakal jadi pelindungku musnah sudah, lagian aku sekarang tidak berharap lagi pada Rafael, dan sekarang Bapak selalu saja mendesak ku untuk menyetujui perjodohan yang telah dipilihnya. Sepertinya aku memang harus nurut kata-kata Bapak. Toh biasanya Bapak selalu benar.
“Sudahlah la Lin, jangan dipikirin gitu” kata Mela menghiburku.

“Betul Mel, gak seharusnya aku memikirkan Rafael. Aku nyesal sempat berharap dengan kata-katanya. Dia tidak pernah merundingkan segala sesuatu padaku, dia hanya pandai menghilang, seperti julukan yang kamu kasih ke dia itu” kataku pada Mela sambil tertawa.

“Satria baja hitam maksud kamu Lin?”

“iyaa”

Sontak saja aku dan Mela tertawa lepas bersama-sama  seakan-akan gak ada sesuatupun yang terjadi.

“Kamu janji ya Mel, gak bakal jadi pengkhianat seperti Rafael dan Indra” kataku pada Mela.

“Pasti Lina”

“Doakan perjodohan aku dan cowok pilihan Bapakku berjalan lancar!”

“Aamiin” kataku dan Mela berbarengan sambil berpelukan.


TAMAT


Akhirnya ni cerita selesai juga ya, makasih juga bagi temen2 yang udah baca dan like. Mohon maaf juga kalau aku nulis ceritanya masih belepotan, ceritanya ada yang mengganjal, ceritanya terasa hambar atau mungkin endingnya yang masih belum pas. Terima kasih.... :)

Kisah Gadis Kampung (part 5)

The story before


Ketika aku sedang berjalan-jalan. aku melihat Indra sedang berlari ke arah bawah jalan pendakian biasa. Ternyata Indra juga pulang kampung. Kenapa dia tidak bilang padaku? Dan aku spontan berteriak.

“Innn…….”tiba-tiba suaraku mengecil dan tak sadar aku menutup mulutku dengan tangan kananku. Dan segera pergi menjauh dari tempat aku melihat Indra. Tak sadar butiran-butiran bening air mata mengalir dipipiku. Aku pun  tetap terus berjalan kencang dan tak ingin melihat kebelakang.


Kisah Cinta Gadis Kampung (part  5)


Apa-apaan ini? Kenapa ia memeluk gadis itu? apa yang aku lakukan padanya sehingga ia berbuat seperti itu pada gadis lain? Aku tidak pernah menghianatinya, tapi kenapa ia menghianatiku? Apa kurang dan salahku? Mengapa ia melakukan ini? Apakah dia balas dendam padaku, karena aku pernah membuatnya menunggu jawaban dariku?
Seluruh pertanyaan berkecamuk didalam pikiranku, aku benci dia seumur hidupku. Dia bukan cowok yang baik seperti yang aku kenal selama ini. Dia hanya cowok pintar yang berhasil membodoh-bodohi cewek bodoh seperti aku.

Sahabatku telah datang membawa surat kembali. Ya…Mela adalah sahabat yang baik dan selalu menjadi perantara cowok-cowok untuk berkirim surat padaku.  Kali ini surat dari Indra.

To : Lina
Assalamualaikum
Lina sayang, maaf aku tidak memberi tahumu kalau aku hari ini pulang ke kampung. Ini terkesan mendadak dan aku tidak sempat menghubungimu. Oh iya… tadi aku melihatmu berlari-lari di dekat pendakian. Aku harap tidak terjadi apa-apa pada dirimu. Mungkin kita bisa bertemu di malam ini di taman dekat balai. Aku tunggu sayang.
                                                                                                                                            Wassalam
Aku pun mengikuti kata-kata Indra, dan bertemu dengannya bersama Mela ditempat yang ia janjikan. Tiba-tiba terdengar suara ribut kaki-kaki melangkah, dan suara-suara orang kampung. Sontak saja aku, Indra, Mela terkejut dan takut ketahuan. Tiba-tiba saja Indra menarik tanganku kencang, menggandeng bahuku menuju ke belakang balai untuk bersembunyi. Sedangkan Mela memberanikan diri keluar untuk melihat kejadian yang terjadi.

“Melaa…Manga wak surang malam-malam siniak?” kata seorang ibu yang sedang ikut bergerombol bersama orang kampung  lainnya yang tak sengaja melihat Mela.

“Ndak ado bu, ka pai karumah dunsanak ko ha sabanta” kata Mela berbohong pada Ibu itu.

Copeklah, langsung taruih pulang, jan malala,ndak ado anak gadih kalua malam do” balas Ibu itu.

“Iyo bu, baa urang bangi-bangi bu?” Tanya Mela.

Ko urang ka mancari anak bujang nan dari Bukik Tinggi, sering bana masuk kerumah anak gadih tanpa ado ikatan apo-apo, malam ko juo kalau dapek urangnyo ka langsung dinikahkan jo” kata ibu itu dan langsung saja meninggalkan Mela.

“Apaaa…??” aku berteriak menguping pembicaraan Mela dan Ibu itu. Seketika saja Indra menutup mulutku.

“ssstttttttt….” Ucap Indra meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya.

Tiba-tiba saja Mela datang ketempat aku dan Indra bersembunyi dan pamit karena ingin  melihat keadaan diluar sana yang ingin mencari aku dan Indra. Aku dan Indra pun tetap bersembunyi dibelakang balai.

Malam semakin larut,kusandarkan badanku pada dinding balai yang dingin dan terduduk. Sekarang dingin seakan menjalar dari ujung-ujung kakiku sampai ujung rambutku, sungguh dingin sekali. Seketika Indra melepaskan jaketnya kemudian membalutkannya pada tubuhku.

“Kalau kita memang dinikahkan beneran, kamu mau Lin?” Indra membuka suara.

Aku terdiam seribu bahasa, aku gak ingin dinikahkan dengan cara yang seperti ini. Apa kata Bapak-Ibu dan orang kampong nanti. Cepat-cepat aku tutup mataku dan berpura-pura tertidur.

“Yahh… ternyata udah tidur” kata Indra terdengar olehku.

Indra meraih kepalaku lembut dan menyandarkannya pada bahunya. Dalam hati aku ingin berontak. Karena prinsip hidupku tak ingin melakukan sesuatu hal gak sesuai syariat agama yang telah diajarkan Bapakku. Tapi kali ini aku terlalu lemah, marah dan begitu takut.

Suara Melapun memecah keheningan malam.

“Wooyy…enak-enakan aja kalian berdua, hussshh..hussshhh…” Mela berusaha memberi jarak pada aku dan Indra.

“Oh iya Lin, ternyata yang dicari orang kampung itu bukan kalian, tapi pacar anak perempuannya Pak Beni, untung aja bukan kalian” sambung Mela.

“Haa… beneran Mel?” kataku gak percaya dan berdiri mendekati Mela.

“Ih.. serius, dua rius, sampai merkurius dehh” balas Mela sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya berulang-ulang.

“Ohh yaudah Mel, yuk kita pulang! Eh ada yang lupa, tunggu bentar” kataku pada Mela.

Kemudian aku melihat kearah Indra. Indra pun melihat kearahku dengan penuh kebingunan. Seketika saja malam itu menjadi hening sejenak. Akupun mulai angkat bicara.

“Indra, aku rasa kau dan aku memang tidak cocok dan aku harap kau jangan pernah datang lagi menemui aku, karena aku tak ingin dibohongi untuk kedua kalinya” ucapku lirih pada Indra.

Aku menarik tangan Mela dan berlari bersama-sama menuju rumah. Ku lihat Mela kebingungan dengan apa yang terjadi sedangkan Indra aku tinggalkan begitu saja tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara.

Sesampai dirumah, bukannya langsung tidur. Aku dimarahi habis-habisan sama Bapak, karena pulang terlalu malam. Ditambah lagi aku ketahuan berbohong karena alasan yang bodoh.

Duuhhh…. Begok banget sih, kan dimana-mana banyak mata kucing berkeliaran, kenapa juga aku gak sadar ya?? Mau nya tadi aku langsung jujur aja sama Bapak. Toh sebenarnya mungkin Bapak gak akan semarah ini, karena Bapak kenal juga sama Indra.Bodoh…bodoh.
Sejak saat terakhir aku bersama Indra aku tak pernah ingin melihatnya dan berbicara padanya lagi, walaupun ia sering muncul dan menanyakan perbuatannya padaku sambil berpura-pura bodoh tidak menyadari kesalahnnya.

to be continued....

note : 

Melaa…Manga wak surang malam-malam siniak?  = Melaa, kenapa malam-malam disini.

Ndak ado bu, ka pai karumah dunsanak ko ha sabanta  =  Tidak ada bu, ini mau kerumah saudara sebentar.
Copeklah, langsung taruih pulang, jan malala,ndak ado anak gadih kalua malam do  =  Cepatlah, siap ini langsung pulang, jangan pergi juga, tidak ada anak gadis keluar malam.

Iyo bu, baa urang bangi-bangi bu?  =   Iya bu, kenapa orang marah-marah bu?

Ko urang ka mancari anak bujang nan dari Bukik Tinggi, sering bana masuk kerumah anak gadih tanpa ado ikatan apo-apo, malam ko juo kalau dapek urangnyo ka langsung dinikahkan jo =    Ini orang mau mencari  cowok yang dari Bukit Tinggi, sering sekali masuk kerumah cewek yang bukan muhrimnya, mala mini juga a kalau dpat orangnya langsung dinikahkan.


makasih bagi yang telah membaca,,, jangan lupa like dan komentarnya... :))

Kisah Gadis Kampung (part 4)

The story before


“Lin, hari ini untungnya banyak, jahitan bordiran kamu yang rapi dan halus bikin orang pada suka, Ini uang untukmu” Bu Rina memujiku dan melekatkan uang di atas telapak tanganku.

“Loh Bu, saya niatnya pengen belajar, kok malah dikasih uang? Bukannya saya yang harus ngasih uang ke Ibu untuk bayar uang les?” ungkapku sambil mengerutkan kening.

“Setiap hasil yang  memuaskan harus dikasih apresiasi Lin, biar lebih semangat” kata Bu Lina bosku ditoko ini.

“Yaudah Bu, ini saya langsung bayar uang les saya belajar sama Ibu” kataku memberikan uang pada Bu Rina.

“ Simpan saja, kamu tu udah pintar banget jahitnya, gak usah kasih uang lagi sama Ibu, mending kamu buat baju, terus jual langsung disini” kata Bu Rina.

Akupun kembali menjahit seperti sebelumnya. Ku nikmati tiap untaian benang yang aku sematkan pada kain secara berurutan, kaki tetap ku mainkan untuk mengayuh mesin jahit agar bisa terus berkarya. Tak dapat aku pungkiri, betapa senang sekali rasanya bisa dapat uang hasil dari jeri payah sendiri.

Benar semua kata-kata dari nenek kalau kita memang berniat baik sekecil apapun dan selalu berusaha pasti ada jalannya. Berusaha lah terus! Jangan mengeluh pada sesuatu yang belum tentu sia-sia, hasil akhir bukan ditangan kita, tapi atas kuasa dan kehendak Sang Pencipta. Nenek benar-benar menginspirasiku sekarang. Makasih nenek.

Kisah Cinta Gadis Kampung (part 4)

“Lina!”

Seseorang terdengar menyebut namaku. Aku pun menoleh kesamping.

“Indra rupanya, dikira siapa? gak nyangka bisa ketemu disini”

Indra pun tertawa. “ Aku juga… gak nyangka nih, belanja apa tu? Banyak banget” ucap Indra melihat kearah semua belanjaanku.

“Iya nih, cari bahan sama benang buat jahit bordiran” balasku pada Indra.

“Jadi ceritanya udah punya toko sendiri yaa?”

“Gak ah, kerja ditempat orang, kapan-kapan mampir In!”

“Yaudah minta alamatnya kalau gitu!”

Dengan senang hati aku memberikan alamatku pada Indra. Memang sesuatu yang tak disengaja aku bisa bertemu  lagi dengannya. Mungkin ini kali ya yang dinamakan jodoh tapi aku tidak berharap pada itu semua. Yaa… aku hanya menganggapnya sebagai teman masa kecil biasa.

Sejak aku memberikan alamat tempat kerjaku pada Indra. Indra sering sekali datang ke untuk meminta dibordirkan bajunya. Dia mimintaku untuk membuatkan namanya pada baju yang akan dikenakannya sehari-hari. Bahkan karena begitu akrabnya Bu Rina menganggap aku dan Indra pacaran dan aku hanya bisa senyam-senyum Bu Rina berkata seperti itu.

Beberapa bulanpun berlalu, disaat itulah aku dan Indra telah mengalami masa-masa bersama. Ya… aku menerima Indra menjadi pacar, walau sebenarnya hati tidak terlalu ingin, tapi aku suka pada sifat dan kegigihannya yang tulus padaku selama ini.

Hari liburpun menjadi kesempatan aku dan Indra untuk menghabiskan waktu  bersama. Tempat-tempat wisatapun menjadi objek tujuan utama. Indra mengajakku keberbagai tempat objek wisata yang terkenal di Bukit Tinggi, mulai dari melihat Jam Gadang, Kebun Binatang yang banyak mengoleksi berbagai hewan-hewan langka dan buas. Kemudian Lubang Jepang, salah satu tempat bersejarah zaman Jepang yang latar pembuatan lubang ini dari hasil kerja Romusha warga setempat. Mengerikan bukan?

Kami terulusri  setiap jalan yang ada. Karena letih aku dan Indra melihat bangku, kami duduk disana sambil menikmati udara segar sambil melihat orang-orang yang lalu-lalang, tak beberapa lama datang seorang pedagang gulali yang menawarkan dagangannya. Aku membeli satu dan Indra satu, Saking asyiknya bercanda dan berbincang ria, tak sadar gulali yang kami makan telah habis.

“Tunggu bentar ya Lin, aku beli minum dulu” Kata Indra meninggalkanku.

Angin kembali menerpa wajahku dengan lembut. Sangat bersahabat hari ini,segalanya begitu lancar tiada gangguan. Kami lewati hari ini dengan hati ceria tanpa ada rasa segan sama sekali. Semua terasa begitu lepas dan tak ingin pisah darinya. Ya.. aku sudah merasakan apa yang ada dihatinya. Dan aku sekarang benar-benar tak ingin pisah darinya.

~~~~~~~~~~

Aku kembali ke kampung halaman. Ku beri tahu  Bapak Ibuku bahwa aku sekarang telah mendapatkan pekerjaan tetap di Bukit Tinggi. Mereka sangat bahagia anak perempuan mereka satu-satunya dapat bekerja keras untuk keluarganya.

Senang rasanya bisa kembali kekamar sendiri. Ku lihat kasur, meja, kursi dan bingkai foto, semuanya tampak bersih dan rapi. Sepertinya Ibu selalu membersihkan kamarku. aku lihat sekilas meja belajarku dulu, entah kenapa seperti ada teriakan keras yang memanggilku untuk segera mendekat kesana. Aku arahkan jemariku sambil menggesernya kekiri seperti sedang mencari buku. Kuraih satu buku yang agak tipis namun tidak terlalu tebal. Aku balikkan halaman demi halaman. Astaga…!!!

Aku dikejutkan oleh suara yang tidak asing lagi terdengar ditelingaku.

“Linaaa….”

Duk….duk…duk…(detak kaki melangkah) pintu kamarku terbuka dan dia memelukku.

“Lina, kamu kok gak ada kasih kabar, aku kangen taukk” ucap Mela dengan mata berkaca-kaca.

“Iihh…cengeng banget sih, baru ditinggal bentar aja pun”

“Oh iya Lin, kamu masih ingat si satria baja hitam super ganteng gak?”Tanya Mela sambil melotot.

“Hhmmm… ingat, kenapa??”

“Taraaaa… kamu dapat surat darinya lagi, lima hari yang lalu Lin” Mela pun memberikan surat itu pada Lina.
Aku baru tersadar ketika aku membuka buku tadi terasa ada yang terjatuh. Spontan saja aku melihat kebawah dan mencarinya.

“Surat apa Lin?”Tanya Mela.

“Surat dari Rafael dulu, terjatuh tadi” ungkapku.

“Yaudah, aku pulang dulu ya”

Mela pun pergi, aku lihat surat yang terjatuh itu sekali lagi dan aku membuka surat yang baru saja Mela berikan padaku. Surat dari Rafael Aditama.

To : Kalina Zulaikha

Assalamualaikum

Kalina adalah lembut, Zulaikha adalah wanita cantik. Kalina Zulaikha  wanita cantik berhati lembut. Nama yang indah untuk orang yang cantik.Dari suratku ini, aku hanya ingin tahu kabarmu. Sekian lama aku tidak melihatmu. Telah lama aku menanti disudut jalan pendakian ini. Aku harap mungkin kita bisa bertemu kembali.

                                                                                          Wassalam

                                                                                From: Rafael Aditama

Senangnya dapat dua surat dari orang kota yang berisikan arti dari namaku, bahkan aku sendiri tidak tahu arti dari namaku. Dari cara dia menulis surat, orangnya to the point, gak terlalu banyak basa-basi. Mungkinkah kalau dia suka padaku? Tapi kenapa dia suka sama gadis kampung tak berpendidikan seperti aku?

````````````````

Ketika aku sedang berjalan-jalan. aku melihat Indra sedang berlari ke arah bawah jalan pendakian biasa. Ternyata Indra juga pulang kampung. Kenapa dia tidak bilang padaku? Dan aku spontan berteriak.

“Innn…….”tiba-tiba suaraku mengecil dan tak sadar aku menutup mulutku dengan tangan kananku. Dan segera pergi menjauh dari tempat aku melihat Indra. Tak sadar butiran-butiran bening air mata mengalir dipipiku. Aku pun  tetap terus berjalan kencang dan tak ingin melihat kebelakang.

to be continued
......


Makasih yang udah baca, jangan lupa like dan komentarnya ya... ;-)